Hari
ini, Senin, 17 Desember 2012, kami tim Avengers yang terdiri dari Abdul Aziz,
Aziz, Farid, Kautsar, dan saya sendiri Huda berencana untuk berwisata ke
Kediri, tepatnya di Tempat Wisata Ubalan. Kami berangkat sekitar pukul 08.30
WIB dari rumah Aziz di desa Karangrejo, kami langsung menuju ke utara ke
kawasan Kota Kediri, tapi tempat tujuan kami sebenarnya masuk ke wilayah
Kabupaten Kediri.
Pada perencanaan sebelumnya, kami
memperkirakan sampai di lokasi sekitar pukul 10.00 WIB, namun karena kami berangkat
tanpa modal “tahu” mengenai lokasi tempat wisata tersebut, penulis beserta kru
tersesat hingga ke daerah Nganjuk, yang berada di sebelah utara Kota Kediri.
Setelah menyadarinya, kru segera kembali menuju kawasan kota, tepatnya menuju
ke pasar Pahing, Kota Kediri. Dari pasar, kami segera menuju ke arah barat,
tapi sama dengan hasil sebelumnya, yaitu nihil.
Selanjutnya, karena hampir
putus asa, kami menuju ke alun-alun Kota Kediri, tapi ternyata di sinilah kami
menemukan sedikit titik terang. Akhirnya kami kembali menuju ke pasar Pahing
Kota Kediri, dari sini kami terus menuju ke arah timur hingga melewati RS
Baptis. Kemudian rombongan kru Avenger terpisah di daerah kecamatan Pesantren,
saya dengan Kautsar, sedangkan Abdul Aziz, Aziz, bersama Farid. Kami (saya dan
Kautsar) akhirnya bertanya kepada seorang tukang becak untuk mencari kejelasan
mengenai jalur yang harus kami lalui, dan dari informasi itulah kami
mendapatkan kejelasan. Karena menunggu terlalu lama, akhirnya kami berangkat
terlebih dahulu dan berencana menunggu anggota kru lainnnya di Simpang Lima,
namun akhirnya kami memutuskan untuk meninggalkan Farid cs, langsung menuju ke
lokasi wisata dengan sebelumnya kami sepakat berkumpul lagi di tempat wisata
Ubalan, desa Kalasan, kecamatan Ploso Klaten.
Akhirnya
kami menuju ke arah timur mengikuti jalan yang ada. Ternyata jaraknya cukup
jauh, karena walau sudah berkendara cukup lama, tapi tanda-tanda adanya tempat
wisata tersebut masih belum nampak. Namun akhirnya kami bisa bernafas lega,
karena ada papan penunjuk jalan yang menyatakan bahwa lokasi tempat wisata
Ubalan sudah cukup dekat. Selang beberapa menit, akhirnya kami sampai di lokasi
wisata tersebut, kesan pertamanya adalah asri dan sejuk, karena di sana
terdapat pepohonan rindang, dan tak beberapa lama kemudian Farid cs sampai ke
lokasi, tepatnya kami sampai dan berkumpul sekitar pukul 10.30 WIB. Selanjutnya
setelah anggota kru lengkap, kami bergegas masuk ke lokasi wisata Ubalan dengan
terlebih dahulu membayar tiket yang seharga 4000 rupiah per orang, dikarenakan
gerbang utama sedang dalam tahap renovasi, maka pengunjung diharuskan masuk
melalui pintu samping.
Keadaan
di lokasi wisata tetap seperti kesan pertama yaitu asri dan sejuk, namun sangat
disayangkan, karena beberapa fasilitas seolah diabaikan oleh pihak pengelola.
Hal tersebut dapat dibuktikan dengan kusam, dan kotornya beberapa fasilitas
yang ada. Di sisi lain, lokasi wisata ini juga memiliki beberapa koleksi satwa,
antara lain rusa, merak, kera, landak, dan kasuari, namun bila diteliti
ternyata juga terdapat beberapa ekor ayam yang berkeliaran bebas. Lokasi wisata
Ubalan ini juga nampak sepi, hal ini dimungkinkan karena kami berkunjung di
saat jam aktif bersekolah. Tempat pertama yang kami tuju di lokasi wisata ini
adalah Wana Wisata atau Hutan Wisata, di tempat inilah terdapat saluran air
yang mengalirkan air yang jernih dari sumber mata air yang kami tidak tahu
persis lokasinya.
Namun,
saat kami mengikuti arah saluran mata air tersebut, kami sampai di ujung area
Wana Wisata. Di bagian ujung terdapat sebuah kolam yang cukup luas, dengan
sebuah lubang yang tersambung ke saluran mata air tersebut, di atas lubang
terdapat sebuah prasasti dari batu marmer yang ditulis menggunakan bahasa
Belanda. Kurang lebih beginilah isi dari prasasti tersebut
Op den 15 Augustus 1891
Is bij den aanleg
Deze waterleiding
De eerste steen
Geplaatst
De-ADMINISTRATEUR
Ondern Kalasssan
BOON
Di
sepanjang jalaln menuju kolam tersebut, kami ditemani oleh kicauan burung dan
bunyi serangga yang ada di hutan. Namun, keindahan hutan wisata tersebut seakan
ternodai dengan adanya beberapa sampah plastik bekas makanan yang dibuang
seenaknya di areal hutan, selain itu juga adanya vandalisme pada
tembok-tembok saluran air dan kolam yang dapat dimungkinkan merupaka suatu
peninggalan sejarah yang berharga. Selain itu beberapa fasilitas di dalam hutan
juga dibiarkan mangkrak.
Berikutnya,
setelah keluar dari hutan, kami beristirahat di kios atau warung makanan yang
memang disediakan oleh pihak pengelola sebagai fasilitas dan lapangan pekerjaan
bagi penduduk sekitar. Harga makanan yang disediakan pun terjangkau dan tidak
banyak menguras kantong. Kemudian, setelah puas menikmati makanan dan
beristirahat sejenak kami bergegas menuju mushola, karena waktu sudah menunjuk
pukul 12.00 WIB alias sudah masuk waktu Dzuhur. Sesampai di mushola kondisinya dapat
dibilang sedikit mengenaskan, karena tempat wudlunya sedikit kotor dan ada sarang
laba-laba di kaca jendela yang juga berdebu. Namun yang melegakan, lantai
masjidnya bersih, sehingga tidak terlalu mengganggu pengunjung. Di Ubalan juga
terdapat kolam renang yang cukup luas, sayangnya kami datang saat kolam sedang
dibersihkan dan dalam keadaan tidak membawa baju ganti. Tapi beberapa
kekurangan itu mungkin diakibatkan keadaan lokasi wisata yang kelihatannya
masih dalam tahap renovasi atau pembangunan ulang.
Setelah
puas berkeliling, akhirnya kami memutuskan untuk pulang. Sebelumnya kami harus
mengambil sepeda motor kami di area parkir. Setelah membayar retribusi, seharga
2000 rupiah, akhirnya kami pulang sekitar pukul 13.00 WIB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar