Minggu, 23 Desember 2012

Perjalanan Keliling Kediri (Taman Wisata Ubalan)



Wana Wisata Mata Air Ubalan Kediri           Hari ini, Senin, 17 Desember 2012, kami tim Avengers yang terdiri dari Abdul Aziz, Aziz, Farid, Kautsar, dan saya sendiri Huda berencana untuk berwisata ke Kediri, tepatnya di Tempat Wisata Ubalan. Kami berangkat sekitar pukul 08.30 WIB dari rumah Aziz di desa Karangrejo, kami langsung menuju ke utara ke kawasan Kota Kediri, tapi tempat tujuan kami sebenarnya masuk ke wilayah Kabupaten Kediri.
            Pada perencanaan sebelumnya, kami memperkirakan sampai di lokasi sekitar pukul 10.00 WIB, namun karena kami berangkat tanpa modal “tahu” mengenai lokasi tempat wisata tersebut, penulis beserta kru tersesat hingga ke daerah Nganjuk, yang berada di sebelah utara Kota Kediri. Setelah menyadarinya, kru segera kembali menuju kawasan kota, tepatnya menuju ke pasar Pahing, Kota Kediri. Dari pasar, kami segera menuju ke arah barat, tapi sama dengan hasil sebelumnya, yaitu nihil.
Prasasti di Mata Air Ubalan
            Selanjutnya, karena hampir putus asa, kami menuju ke alun-alun Kota Kediri, tapi ternyata di sinilah kami menemukan sedikit titik terang. Akhirnya kami kembali menuju ke pasar Pahing Kota Kediri, dari sini kami terus menuju ke arah timur hingga melewati RS Baptis. Kemudian rombongan kru Avenger terpisah di daerah kecamatan Pesantren, saya dengan Kautsar, sedangkan Abdul Aziz, Aziz, bersama Farid. Kami (saya dan Kautsar) akhirnya bertanya kepada seorang tukang becak untuk mencari kejelasan mengenai jalur yang harus kami lalui, dan dari informasi itulah kami mendapatkan kejelasan. Karena menunggu terlalu lama, akhirnya kami berangkat terlebih dahulu dan berencana menunggu anggota kru lainnnya di Simpang Lima, namun akhirnya kami memutuskan untuk meninggalkan Farid cs, langsung menuju ke lokasi wisata dengan sebelumnya kami sepakat berkumpul lagi di tempat wisata Ubalan, desa Kalasan, kecamatan Ploso Klaten.
            Akhirnya kami menuju ke arah timur mengikuti jalan yang ada. Ternyata jaraknya cukup jauh, karena walau sudah berkendara cukup lama, tapi tanda-tanda adanya tempat wisata tersebut masih belum nampak. Namun akhirnya kami bisa bernafas lega, karena ada papan penunjuk jalan yang menyatakan bahwa lokasi tempat wisata Ubalan sudah cukup dekat. Selang beberapa menit, akhirnya kami sampai di lokasi wisata tersebut, kesan pertamanya adalah asri dan sejuk, karena di sana terdapat pepohonan rindang, dan tak beberapa lama kemudian Farid cs sampai ke lokasi, tepatnya kami sampai dan berkumpul sekitar pukul 10.30 WIB. Selanjutnya setelah anggota kru lengkap, kami bergegas masuk ke lokasi wisata Ubalan dengan terlebih dahulu membayar tiket yang seharga 4000 rupiah per orang, dikarenakan gerbang utama sedang dalam tahap renovasi, maka pengunjung diharuskan masuk melalui pintu samping.
            Keadaan di lokasi wisata tetap seperti kesan pertama yaitu asri dan sejuk, namun sangat disayangkan, karena beberapa fasilitas seolah diabaikan oleh pihak pengelola. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan kusam, dan kotornya beberapa fasilitas yang ada. Di sisi lain, lokasi wisata ini juga memiliki beberapa koleksi satwa, antara lain rusa, merak, kera, landak, dan kasuari, namun bila diteliti ternyata juga terdapat beberapa ekor ayam yang berkeliaran bebas. Lokasi wisata Ubalan ini juga nampak sepi, hal ini dimungkinkan karena kami berkunjung di saat jam aktif bersekolah. Tempat pertama yang kami tuju di lokasi wisata ini adalah Wana Wisata atau Hutan Wisata, di tempat inilah terdapat saluran air yang mengalirkan air yang jernih dari sumber mata air yang kami tidak tahu persis lokasinya.
            Namun, saat kami mengikuti arah saluran mata air tersebut, kami sampai di ujung area Wana Wisata. Di bagian ujung terdapat sebuah kolam yang cukup luas, dengan sebuah lubang yang tersambung ke saluran mata air tersebut, di atas lubang terdapat sebuah prasasti dari batu marmer yang ditulis menggunakan bahasa Belanda. Kurang lebih beginilah isi dari prasasti tersebut
Op den 15 Augustus 1891
Is bij den aanleg
Deze waterleiding
De eerste steen
Geplaatst
De-ADMINISTRATEUR
Ondern Kalasssan
BOON

            Di sepanjang jalaln menuju kolam tersebut, kami ditemani oleh kicauan burung dan bunyi serangga yang ada di hutan. Namun, keindahan hutan wisata tersebut seakan ternodai dengan adanya beberapa sampah plastik bekas makanan yang dibuang seenaknya di areal hutan, selain itu juga adanya vandalisme pada tembok-tembok saluran air dan kolam yang dapat dimungkinkan merupaka suatu peninggalan sejarah yang berharga. Selain itu beberapa fasilitas di dalam hutan juga dibiarkan mangkrak.
            Berikutnya, setelah keluar dari hutan, kami beristirahat di kios atau warung makanan yang memang disediakan oleh pihak pengelola sebagai fasilitas dan lapangan pekerjaan bagi penduduk sekitar. Harga makanan yang disediakan pun terjangkau dan tidak banyak menguras kantong. Kemudian, setelah puas menikmati makanan dan beristirahat sejenak kami bergegas menuju mushola, karena waktu sudah menunjuk pukul 12.00 WIB alias sudah masuk waktu Dzuhur. Sesampai di mushola kondisinya dapat dibilang sedikit mengenaskan, karena tempat wudlunya sedikit kotor dan ada sarang laba-laba di kaca jendela yang juga berdebu. Namun yang melegakan, lantai masjidnya bersih, sehingga tidak terlalu mengganggu pengunjung. Di Ubalan juga terdapat kolam renang yang cukup luas, sayangnya kami datang saat kolam sedang dibersihkan dan dalam keadaan tidak membawa baju ganti. Tapi beberapa kekurangan itu mungkin diakibatkan keadaan lokasi wisata yang kelihatannya masih dalam tahap renovasi atau pembangunan ulang.
            Setelah puas berkeliling, akhirnya kami memutuskan untuk pulang. Sebelumnya kami harus mengambil sepeda motor kami di area parkir. Setelah membayar retribusi, seharga 2000 rupiah, akhirnya kami pulang sekitar pukul 13.00 WIB.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar